Saturday, January 8, 2011

bertahan demi cinta


Tak terasa sepuluh tahun sudah waktu berlalu tanpa ayah…hanya bunda seorang kini yang hadir dalam kehidupan ini…hmm…meski pada prakteknya sejak kami kecil bundalah yang menghiasi hati kami. Namun, perbedaan suasana itu memang sangat terasa, apalagi di akhir hayatnya Ayah telah mengakui semua kesalahannya…

Kini aku dan Renal telah berkeluarga. Aku kini dikaruniai putri kembar yang lucu-lucu, sedangkan Renal baru empat bulan lalu di karuniai putra yang tak kalah lucunya dengan anak-anakku.

Entah di sebut beruntung atau apa untuk Renal, ia kini beristrikan seorang wanita karier yang sangat sukses. Kesuksesannya melebihi Renal yang hanya seorang pegawai rendahan di sebuah instansi. Ia pun kini tinggal di rumah istrinya di kawasan elite di pusat kota, dan bunda kami tercinta di boyongnya ke sana…

Buatku tak menjadi masalah dimana bunda harus menikmati hari tuanya, asal ia dapat menikmati kebahagiaan hidup di sisa usianya itu.

Dan aku terkejut, bahkan sangat marah begitu mengetahui bundaku tercinta harus kmbali hidup dengan beban derita di hatinya…

Semua itu ku ketahui ketika aku berkunjung selama beberapa hari di rumah mewah istri Renal. Bundaku tercinta diperlakukan oleh istri Renal layaknya seorang pembantu rumah tangga !

Dengan mata kepalaku sendiri aku menyaksikan ia memerintah bunda untuk menggendong anaknya hanya karena ia mau menerima rekan bisnisnya yang berkunjung ke rumah.

“Bun…ini pegang arif dulu ya…saya mau terima tamu. Oh iya bun…itu air teh tinggal di seduh, Si Rina tadi ijin ke salon dulu katanya” begitu perintah istri Renal kepada bunda. bayangkan Si Rina pembantunya bisa ke salon, sementara bundaku harus melayani semua kebutuhannya !

Aku tak tega menyaksikan itu, aku tahu bunda tidak akan komplain dengan Renal, karena ia adalah wanita yang mengajarkan bertahan demi cinta untuk kami. Tapi ini sudah kelewat batas ! ya perilaku seperti itu kerap terjadi, dan dilakukan tanpa rasa bersalah sedikitpun.

“Renal ! kamu tega bunda diperbudak istrimu ?” umpatku suatu ketika

“Kak Rena…aku tahu perilaku istriku kadang kurang ajar, tapi ia tidak pernah menjadikan bunda sebagi budaknya !” Renal sengit membela istrinya

“Kamu sudah dibutakan cinta ! beberapa hari di sini aku melihat sikap istrimu yang tidak pantas ! seenaknya aja ia berlaku begitu pada bunda !”

Dan pertengkaran kami itu rupanya di dengar bunda…dengan sabar bunda menengahi pertengkaran itu.

“Rena..Renal…mengapa kalian jadi bertengkar ? apa yang kalian ributkan ? hanya karena bunda diperlakukan seperti pembantu lantas kamu tak terima, Rena ? Kenapa Ren…? bukankah hidup kita di dunia ini juga telah digariskan menjadi budak Tuhan ? bunda tak pernah menganggap istri Renal sebagai majikanku lho…jadi harusnya kamu tidak usah terlalu menanggapi sikap ia yang menurutmu kurang pantas itu…” Bunda berkata dengan lembut

“Tapi Bun…sikap istri Renal itu sudah kelewatan menurutku.” Aku menahan air mataku tak tahan dengan kesabaran bunda

“Kelewatan untukmu kan..tidak untuk bunda. Kalian harus yakin…bukankah Tuhan sudah mengajak kita melihat sebuah pohon untuk perumpamaan sebuah kalimat yang baik ? Buah akan tumbuh, bila ada akar yang menyalurkan makanan untuknya. Bila akarnya senantiasa memberi makanan yang baik, maka buah yang di hasilkan pun akan baik…namun, sebaliknya, jika akarnya buruk, pohon itu bukan saja menghasilkan buah yang buruk, bisa jadi malah pohon itu akan tumbang…Jadi, hidup ini adalah menanam anakku. Jika kau tanam kebaikan maka kau akan petik kebaikan, jika kau tanam keburukan maka itulah hasil yang akan kau terima.Kalian tak perlu risau dengan kezaliman serta intimidasi orang lain, selama kalian melakukan segala sesuatunya sesuai dengan kaidah agama dan menjaga keseimbangan alam, maka semua keburukan akan kembali kepada si pembuatnya…..” Bunda berkata panjang dengan penuh kelembutan

Aku dan Renal terdiam mendengan pinutur bunda yang sangat dalam maknanya..air mata yang semula ku tahan akhirnya menetes juga.

“Rena…hapus air matamu…tangisan tidak akan merubah keadaan. Perbuatan yang akan merubah keadaan…dan bunda minta bersikap baiklah kamu dengan adikmu. Hormati pilihannya..Renal sudah paham konsekwensi menikah dengan istrinya, kita tak berhak mencampuri. Renal…ingat, kamu kepala rumah tangga…bersikaplah yang arif dan bijaksana…” Bunda berusaha menghiburku

“Bun..maafkan aku ya…kalau bunda mau, bunda bisa tinggal dengan Kak Rena sampai aku bisa mendidik istriku dengan benar…” Renal berkata dengan tersendat

Bunda tersenyum, “Kita lihat nanti Renal…”

Dan senyuman itu terus menghias meski di keesokan harinya ia tetap menerima perlakuan tidak adil dari menantunya…

1 comment:

  1. same story but different background...
    most important is sometime we must do the life in unexpected condition..
    sometime we must survival although we knows it's not bring us in happy...
    always theres something we must consider before action an important decision

    ReplyDelete